Senin, 25 Maret 2013

Everything About Me


Anggi Fitaloka Tobing adalah nama anak termanis dikeluarga saya. Karena saya merupakan anak perempuan satu-satunya dikeluarga. Saya mempunyai hobi shopping, makan, tidur, main game, seaching, dengerin musik. Saya suka shopping karena menurut saya dengan shopping dapat mengurangi kepenatan dan kejenuhan.
Dengan shopping saya juga dapat melihat aktivitas orang lain yang menurut saya sangat lucu jika diperhatikan. Saya juga hobi makan, makan disini bukan makan banyak-banyak, melainkan saya sangat suka wisata kuliner. Menurut saya sangat asik jika kita bisa mencicipi berbagai jenis makanan dari daerah yang berbeda-beda, baik lokal maupun internasional. Selain itu, ada nilai tersendiri jika kita banyak mengetahui jenis makanan dan tau cita rasa dari makanan tersebut.  
Saya juga suka bermain game. Baik bermain game online di PC, maupun game yang telah didownload. Game PS maupun PSP juga menjadi hobi saya. Saat ini saya lagi “demam” main game The Sims. Game besutan Maxis ini, merupakan game stimulasi. Game ini sangat mirip dengan kehidupan nyata, dimana kita perlu yang namanya makan, tidur, mandi, bersosialisasi, dan suka pada ruangan yang bersih dan elegan. Didalam The Sims, para simsnya juga perlu bekerja untuk mendapatkan uang yang nantinya diperlukan untuk membuat makanan, membeli peralatan rumah tangga, membayar jasa pembantu rumah tangga, membayar servis repair.
Didalam The Sims, kita dapat mendesain sendiri, rumah dan anggota keluarga. Selain The Sims, saya juga menyukai permainan Harvest Moon di PS. Dari semua jenis Harvest Moon, saya paling suka seri Harvest Moon “Back To Nature”. Permainan ini stimulasi pertanian. Dimana kita mengelola pertanian milik kakek kita yang telah meninggal. Kita dapat bercocok tanam, mengurus sapi, ayam, kuda dan mempunyai seekor anjing yang lucu.
Saya juga menyukai searching di internet. Menggali sumber informasi yang membuat saya mengetahui banyak hal yang telah terjadi di dunia ini. Mulai dari siklus perubahan iklim dan cuaca yang semakin ekstrem, hal-hal aneh dan unik, tokoh-tokoh dan para selebritis yang membawa dampak besar di dunia, dan sebagainya.
Saya juga hobi dengerin musik. Saya tipikal orang yang mungkin nggak mempunyai idola yang benar-benar terlalu fanatiknya sama artis atau penyanyi. Menurut saya selama lagu itu enak ditelinga saya dan asik, saya suka. Begitu juga dengan genre musik, saya tidak terlalu fokus hanya dengan satu genre saja.
Itu adalah sederet hobi yang sering saya lakukan dan kerjakan setiap harinya. Menurut saya, selagi kita tidak dijalan yang salah, dan itu benar, lakukan lah. 

Kamis, 14 Maret 2013

Legenda Batu Gantung



Saya akan membahas sedikit mengenai Legenda Batu Gantung Dari Sumatera Utara. 




Di tepi Danau Toba hiduplah sepasang suami-isteri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain cantik, Seruni juga tergolong sebagai anak yang rajin karena selalu membantu kedua orang tuanya ketika mereka sedang bekerja di ladang yang hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.


Suatu hari, Seruni harus bekerja di ladang seorang diri karena kedua orang tuanya sedang ada keperluan di desa tetangga. Ia hanya ditemani oleh anjing peliharaannya yang diberi nama Si Toki. Sesampainya di ladang Seruni hanya duduk termenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sementara anjingnya, Si Toki, ikut duduk disamping sambil menatap wajah majikannya yang tampak seperti sedang menghadapi suatu masalah. Sesekali sang anjing menggonggong untuk mengalihkan perhatian Seruni apabila ada sesuatu yang mencurigakan di sekitar ladang.

Sebenarnya, beberapa hari terakhir Seruni selalu tampak murung. Hal ini disebabkan karena Sang Ayah akan menjodohkannya dengan seorang pemuda yang masih tergolong sepupunya sendiri. Padahal, ia telah menjalin hubungan asmara dengan seorang pemuda di desanya dan telah berjanji pula akan membina rumah tangga. Keadaan ini membuatnya menjadi bingung, tidak tahu harus berbuat apa, dan mulai berputus asa. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, namun di sisi lain ia juga tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya.

Setelah merenung beberapa saat dan tanpa menghasilkan apa-apa, Seruni beranjak bangkit dari tempat ia duduk. Dengan berderai air mata ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya ia sudah sangat berputus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menceburkan diri ke Danau Toba. Sementara Si Toki yang juga mengikuti majikannya menuju tepi danau hanya bisa menggonggong karena tidak tahu apa yang sedang berkecamuk di dalam benak Seruni.

Saat berjalan ke arah tebing di tepi Danau Toba, tiba-tiba ia terperosok ke dalam sebuah lubang batu besar hingga masuk ke dasarnya. Dan, karena berada di dasar lubang yang sangat gelap, membuat gadis cantik itu menjadi takut dan berteriak minta tolong kepada anjing kesayangannya. Namun karena Si Toki hanyalah seekor binatang, maka ia tidak dapat berbuat apa-apa kecuali terus-menerus menggonggong di sekitar mulut lubang.

Akhirnya gadis itu pun semakin putus asa dan berkata dalam hati, “Ah, lebih baik aku mati saja.”
Setelah berkata seperti itu, entah mengapa dinding-dinding lubang tersebut mulai merapat. “Parapat…! Parapat batu!” seru Seruni agar dinding batu semakin merapat dan menghimpit tubuhnya.

Melihat kejadian itu Si Toki langsung berlari ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampainya di rumah Si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan sudah berada di rumah. Sambil menggonggong, mencakar-cakar tanah dan mondar-mandir di sekitar majikannya, Si Toki berusaha memberitahukan bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

Sadar akan apa yang sedang diisyaratkan oleh si anjing, orang tua Seruni segera beranjak menuju ladang. Keduanya berlari mengikuti Si Toki hingga sampai ke tepi lubang tempat anak gadis mereka terperosok. Ketika mendengar jeritan anaknya dari dalam lubang, Sang Ibu segera membuat obor sebagai penerang karena hari telah senja. Sementara Sang Ayah berlari kembali menuju desa untuk meminta bantuan para tetangga.

Tak berapa lama kemudian, sebagian besar tetangga telah berkumpul di rumah ayah Seruni untuk bersama-sama menuju ke lubang tempat Seruni terperosok. Mereka ada yang membawa tangga bambu, tambang, dan obor sebagai penerangan.

Sesampainya rombongan di ladang, sambil bercucuran air mata Ibu Seruni berkata pada suaminya, “Pak, lubangnya terlalu dalam dan tidak tembus cahaya. Saya hanya mendengar sayup-sayup suara anak kita yang berkata: parapat, parapat batu…”
Tanpa menjawab pertanyaan isterinya, Ayah Seruni segera melonggok ke dalam lubang dan berteriak, “Seruniii…! Serunii…!”
“Seruni…anakku! Kami akan menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu di sekelilingnya untuk merapat dan menghimpitnya.
Warga yang hadir di tempat itu juga berusaha untuk membantu dengan mengulurkan seutas tambang hingga ke dasar lubang, namun sama sekali tidak disentuh atau dipegang oleh Seruni.
Merasa khawatir, Sang Ayah memutuskan untuk menyusul puterinya masuk ke dalam lubang, “Bu, pegang obor ini! Saya akan turun menjemput anak kita!”
“Jangan gegabah, Pak. Lubang ini sangat berbahaya!” cegah sang isteri.
“Benar Pak, lubang ini sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang tetangganya.
Setelah ayah Seruni mengurungkan niatnya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan bumi pun bergoncang dahsyat yang membuat lubang secara perlahan merapat dan tertutup dengan sendirinya. Seruni yang berada di dalam lubang akhirnya terhimpit dan tidak dapat diselamatkan.

Beberapa saat setelah gempa berhenti, di atas lubang yang telah tertutup itu muncullah sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Orang-orang yang melihat kejadian itu mempercayai bahwa batu itu adalah penjelmaan dari Seruni dan kemudian menamainya sebagai “Batu Gantung”.

Dan, karena ucapan Seruni yang terakhir didengar oleh warga hanyalah “parapat, parapat, dan parapat”, maka daerah di sekitar Batu Gantung kemudian diberi nama Parapat. Kini Parapat telah menjelma menjadi salah satu kota tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara.




Setelah membaca dan mencari sumber-sumber mengenai cerita tersebut, saya menyimpulkan bahwa cerita di atas termasuk kedalam Legenda. Karena cerita diatas dianggap benar-benar terjadi, dan merupakan suatu sejarah yang memang ada sampai sekarang, yaitu kota parapat memang benar ada di daerah sumatera utara, tepatnya dipinggir danau toba.

sumber: http://uun-halimah.blogspot.com